Usai menerima perintah Allah SWT untuk membuat sebuah kapal, Nabi Nuh kemudian mengumpulkan para pengikutnya dan mereka mulai membuat kapal.
Namun, apa yang dilakukan oleh Nabi Nuh dan pengikutnya ternyata malah menjadi bahan ejekan dan cemoohan.
Nabi Nuh berkata kepada mereka yang mencemoohnya.
“Jika sekarang kalian mengejekku dan orang-orang yang bersamaku, sebentar lagi kami akan mengejek kalian!”
“Aku tahu siksaan dan kebinasaan yang bakal menimpa kalian!” seru Nabi Nuh.
“Sehingga kalian tahu siapa yang akan ditimpa siksaan yang menghinakan di dunia, seperti siksaan yang kekal akan menimpa di akhirat,” jelas Nabi Nuh mengingatkan.
Bahtera pun kemudian usai dibuat dan Nabi Nuh dan pengikutnya menyiapkan semua perbekalan.
Tak hanya itu saja, Allah juga memerintahkan Nabi Nuh untuk membawa berbagai hewan yang berpasangan, jantan dan betina.
Pada saat semua perbekalan sudah siap, Nabi Nuh pun berkata kepada pengikutnya.
“Naiklah ke dalam kapal dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuh.”
“Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang!” tegas Nabi Nuh.
Allah kemudian berfirman, “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan air yang tercurah.”
“Kami jadikan bumi memancarkan beberapa mata air, lalu bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.”
Tak lama, hujan pun turun selama empat puluh hari empat puluh malam.
Kemudian membuat bencana banjir besar melanda seluruh kota dan desa.
Akibat bencana ini, jeritan dan tangisan manusia terdengar di mana-mana.
Karena meluapnya air, mereka kemudian panik.
Ke mana pun mereka berlari, air mengejar dan menenggelamkan mereka.
Pada saat itu, tak ada tempat berlindung dari banjir yang dahsyat itu.
Kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh orang Mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Bani Rasib pun benar-benar telah hancur tersapu banjir yang maha dahsyat tersebut.
Namun, pada saat bencana besar ini, Nabi Nuh juga kehilangan anaknya yang bernama Kan’an.
Anaknya tersebut bahkan telah ia perintahkan untuk segera menaiki kapal, bersama kerabat dan pengikutnya.
Namun, Kan’an malah menolaknya dan memilih mencari perlindungan ke gunung yang ia yakini mampu menyelamatkannya dari air bah.
Nabi Nuh begitu sedih dengan sikap keras kepala anaknya.
Akhirnya, Kan’an pun tenggelam bersama Bani Rasib yang zalim.
Mereka semua tewas tersapu banjir yang maha dahsyat tersebut.
Allah memberi perintah kepada bumi dan langit agar berhenti melaksanakan tugasnya, “Hai bumi, telanlah airmu; dan hai langit (hujan), berhentilah.”
Air kemudian surut, dan bahtera tersebut pun berlabuh di atas Bukit Judi dan memulai kehidupan yang baru. ***
Pesan Kisah: Allah SWT akan menurunkan bencana kepada makhluk yang dikendaki-Nya. Tak ada sesuatu pun yang bisa mencegah kehendak Allah SWT tersebut.

Sumber dan Kontributor
- Olah data: elibrary.id
- Gambar: ebookanak.com
- https://www.orami.co.id/magazine/kisah-nabi-nuh