Ubaidillah al-Qowariri seorang guru perawi hadits terkenal, Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Ia terkenal taat dan berilmu tinggi.
Selama hidupnya, ia tidak pernah melewatkan sekali pun salat Isya berjama’ah di masjid.
Namun suatu malam, ia kedatangan tamu.
Karena sibuk menyambut tamunya itu di rumah, ia sampai ketinggalan salat Isya berjama’ah.
“Ya Allah. Aku lupa belum salat Isya berjama’ah di masjid,” kata Ubaidillah sambil segera berkeliling kota Bashrah mencari orang Muslim yang bisa diajaknya salat Isya berjama’ah.
Sayangnya, pada saat itu semua orang sudah melaksanakan salat Isya.
Untuk menebus kesalahannya, ia pun pulang ke rumah.
Lalu melaksanakan salat Isya sebanyak 27 kali agar sama nilainya dengan pahala salat berjama’ah.
Malam itu, Ubaidillah bermimpi berlomba menunggang kuda.
Namun, meskipun ia sudah berusaha keras memacu lari kudanya cepat-cepat.
Tetap saja, kudanya tidak bisa menyusul kuda-kuda yang lain.
“Wahai, Ubaidillah. Jangan engkau paksa kudamu menyusul kami,” kata penunggung kuda yang ada di depannya.
“Karena kudamu tak mungkin bisa menyusul kecepatan lari kuda kami. Karena kami melaksanakan salat Isya berjama’ah, sedangkan engkau melaksanakan salat Isya sendirian,” tambah penunggang kuda itu. ***
Pesan Kisah
“Salat berjamaah itu lebih utama 27 derajat daripada salat sendirian.” (HR. Muslim)

Sumber dan Kontributor
- Naskah: Kak Nurul Ihsan
- Gambar: ebookanak.com/Uci Ahmad Sanusi
- Penyunting: elibrary.id
- Penerbit: Cahaya Ilmu