Suatu hari, Nabi Daud, didatangi dua orang tamu.
Padahal, saat itu, adalah waktu Nabi Daud, untuk beribadah, kepada Allah.
Tentu saja, para pengawal, tidak mengizinkan mereka, masuk ke dalam istana.
Tapi, mereka memaksa, dengan memanjat pagar, dan berhasil masuk, ke dalam istana.
Nabi Daud, tidak bisa berbuat apa-apa, selain, menerima kedua tamu tersebut.
“Apa persoalan kalian, sehingga kalian memaksa, bertemu denganku?” tanya Nabi Daud.
“Saudaraku ini, memiliki 99 ekor domba betina,” kata tamu pertama.
“Dan aku, memiliki seekor domba,” tambah tamu pertama.
“Tetapi, dia kemudian menuntut, dan mendesak kepadaku,” kata tamu pertama lagi.
“Agar aku menyerahkan, 1 ekor domba itu, kepadanya,” lanjut, tamu pertama.
“Terpaksa, aku menyerahkan, dombaku itu kepadanya…”
“Sehingga domba milik dia, sekarang menjadi 100 ekor jumlahnya,” ujar tamu pertama, dengan pasrah.
“Dia memiliki, berbagai macam alasan, yang sulit kutolak,” ujar tamu pertama.
“Karena dia, lebih pandai bicara, daripada aku,” ujar tamu pertama memberikan alasan.
Nabi Daud, lalu menatap ke arah tamu kedua, yang sejak tadi terdiam, tak berani bicara.
“Benarkah, apa yang telah dikatakan, oleh dia?” tanya Nabi Daud kepada Tamu Kedua.
“Iya, dia sudah berkata benar,” jawab tamu kedua dengan singkat.
“Jika begitu, engkau telah berbuat aniaya, kepada saudaramu,” kata Nabi Daud, kepada Tamu Kedua.
Nabi Daud, berkata dengan muka merah, karena marah, kepada tamu kedua.
“Aku, tidak akan membiarkan engkau, berbuat aniaya,” kata Nabi Daud, kepada Tamu Kedua.
“Engkau, akan memperoleh hukuman yang pantas, atas perbuatanmu itu,” ancam Nabi Daud, dengan tegas.
Sayangilah saudara, dan sesama, dengan tidak berbuat aniaya, atau zalim, dengan cara apapun juga.
