Suatu ketika, ada seekor katak yang selalu ingin menjadi yang terhebat.
Jika ada katak lain yang melompat, ia akan berusaha melompat lebih tinggi.
Jika katak-katak lain hendak mencebur ke kolam, ia selalu berusaha untuk menjadi yang pertama yang mencebur ke kolam.
Singkat kata, ia tidak pernah mau kalah dengan apapun.
Pada suatu hari, ada seekor sapi yang datang ke dekat kolam tempat katak-katak itu tinggal.
Sewaktu sapi melongok ke balik semak di dekat kolam itu, katak-katak yang tinggal di dalamnya sangat terkejut.
Mereka berebutan untuk mencebur masuk ke dalam kolam.
Mereka tidak pernah melihat hewan sebesar itu sebelumnya.
Katak yang tak mau kalah pun ikut mencebur masuk ke kolam.
Tentu saja ia yang paling awal menceburkan dirinya ke dalam kolam.
Rupanya ia adalah yang paling penakut dari semua katak di kolam itu.
Namun setelah beberapa menit berlalu, rupanya sapi itu tidak melakukan apa-apa.
Ia hanya memandangi kolam sambil mengunyah-ngunyah rumput.
Maka satu demi satu katak akhirnya keluar dari persembunyian mereka.
“Kupikir dia tadi hendak memakan kita, ternyata dia tidak jahat seperti dugaanku,” ujar salah satu katak.
“Iya, besar sekali ya, badannya,” sahut katak lain menimpali.
“Benar, dia ribuan kali lebih besar daripada kita,” katak lainnya lagi ikut serta dalam pembicaraan itu.
Maka dalam sekejap, sapi itu menjadi primadona bagi katak-katak di kolam itu.
Mereka mengagumi betapa besar badan sapi itu jika dibandingkan dengan badan mereka.
Katak yang tak mau kalah akhirnya keluar dari persembunyiannya.
Saking takutnya pada si sapi, ia adalah katak yang terakhir keluar dari persembunyiannya.
Ketika mendengar teman-temannya membicarakan si sapi, bahkan mengaguminya, katak yang tak mau kalah itu pun merasa terusik.
“Ah, badannya tidaklah sebesar itu,” katanya tiba-tiba.
Katak-katak yang lain pun menoleh padanya.
“Lagi-lagi dia tak mau kalah,” pikir seekor katak.
Melihat teman-temannya memandanginya, kesombongan katak yang tak mau kalah pun semakin menjadi-jadi.
“Badanku juga bisa sebesar dia,” katanya lagi.
Katak-katak lainnya sebenarnya malas menanggapi bualan si katak yang tak mau kalah itu.
Maka si katak yang tak mau kalah itu pun mencoba membuktikan perkataannya.
“Lihat saja,” katanya seraya mulai menggembungkan dadanya.
“Hmmmmmppppphhhh,” katak yang tak mau kalah menggembungkan dadanya sekuat tenaga dan badannya pun mulai tampak membesar.
“Huuuu, masih kurang. Badanmu masih belum apa-apa dibandingkan dengan dia,” seru seekor katak memanas-manasi.
Katak yang tak mau kalah pun berusaha menggembungkan dadanya lebih kuat lagi.
“Aku bisa lebih besar lagi, HHMMMMPPppppphhhh!”
“Kurang, kurang, masih kurang,” katak lainnya pun ikut memanas-manasi.
Maka katak yang tak mau kalah pun berusaha menghirup udara lebih banyak lagi dan berusaha menggembungkan dadanya lebih besar lagi.
Badannya pun semakin lama semakin besar, kulitnya meregang dan meregang seperti balon, dan lama-kelamaan….
DOR!
Terdengar suara letusan yang sangat keras, bahkan sapi yang tengah mengunyah-ngunyah makanannnya pun ikut terkejut.
Sosok si katak yang tak mau kalah pun tak terlihat lagi, rupanya badannya meletus karena tidak kuat menampung terlalu banyak udara yang dihirupnya.
Hanya karena tak mau kalah, hidup katak itu berakhir dengan mengenaskan. ***
Sumber dan Kontributor