Tanya:
Kenapa Nabi Musa AS sempat enggan bicara kepada Allah SWT?
Jawab:
Nabi Musa AS menjalankan puasanya selama 40 hari ketika bertahannuts (menyendiri untuk beribadah) di lembah suci bernama Lembah Tuwa ketika pertemuannya dengan Allah Swt.
Puasa itu dilakukan sebagai persiapan untuk menerima wahyu dari Allah SWT di Bukit Sinai.
Di Gunung Thur itulah penanda Musa mendapat julukan kalimullah, karena berbicara langsung dengan Allah SWT.
“Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung (Sinai) dan Kami dekatkan dia untuk bercakap-cakap” (QS. Maryam: 52).
Nabi Musa AS berada di lembah suci bernama Lembah Tuwa ketika Allah SWT memanggilnya.
Di tempat suci itu Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk membuka alas kakinya.
“Sungguh, Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Tuwa (QS. Thaha: 12).
Berdasarkan banyak riwayat yang dikutip dalam Tafsir Ath-Thabari 17 (2007), kala itu Nabi Musa AS mengenakan terompah yang terbuat dari kulit bangkai keledai.
Ada juga riwayat yang menyebut terbuat dari kulit sapi.
Namun pendapat yang banyak disepakati bahwa perintah Allah kepada Musa untuk melepaskan kedua terompahnya itu supaya Nabi Musa AS dapat menjejak tanah dengan kedua kakinya secara langsung untuk memperoleh keberkahan lembah suci itu.
Di lembah suci itu, Nabi Musa AS bermunajat kepada Allah selama 40 hari.
Meninggalkan umatnya, Bani Israil, yang dipercayakan kepada sang kakak, Nabi Harun AS.
Selama itu pula Nabi Musa AS berpuasa.
Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi (2019) mengatakan setelah berpuasa selama 30 hari, Nabi Musa AS enggan berbicara pada Allah SWT.
Ia malu karena merasa bau mulutnya tak sedap akibat berpuasa selama sebulan.
Kemudian Nabi Musa AS mengambil sedikit tanaman dan mengunyahnya.
Allah SWT pun menanyainya, “Engkau berbuka?”
Nabi Musa AS menjawab, “Iya Rabb, aku tidak mau berbicara pada-Mu kecuali mulutku berbau sedap.”
Allah SWT berfirman, “Apakah kau tidak tahu wahai Musa, bahwa bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi-Ku dari minyak kasturi! Kembalilah lalu berpuasalah selama sepuluh hari, lalu datanglah pada-Ku.”
Nabi Musa AS kemudian melakukan perintah Allah SWT untuk menambah 10 hari lagi berpuasa.
Nabi Musa AS akhirnya melengkapi berpuasa selama 40 hari dari semula 30 hari.
“Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat) tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam…” (QS. Al-Araf: 142). ***

Sumber dan Kontributor
- Penyunting: elibrary.id
- kompas.com
- republika.co.id
- langit7.id