Bertahun-tahun hidup berdua, tak terasa Malin Kundang sudah dewasa.
Malin Kundang kemudian meminta izin kepada ibunya untuk merantau ke kota besar untuk mencari uang dan mengubah nasibnya serta ibunya.
Kebetulan, saat itu juga sedang ada kapal besar yang merapat di Pantai Air Manis, sehingga Malin Kundang tak ingin melewatkan kesempatan besar untuk merantau.
Meski begitu, sang ibu mulanya melarang Malin Kundang untuk pergi karena takut terjadi sesuatu.
“Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya sedih.
Malin Kundang pun mencoba menenangkan sang ibu, “Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” kata Malin Kundang sambil menggenggam tangan ibunya.
“Ini kesempatan Bu, karena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” ujar Malin Kundang sambil memohon.
Dengan berat hati, Mande Rubayah mencoba menyingkirkan kekhawatiran dan ketakutannya atas kepergian Malin Kundang.
Ia pun mengizinkan Malin Kundang untuk merantau ke kota besar.
Dan berjanji akan selalu menunggu Malin Kundang kembali ke rumah.
“Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata ibunya terisak tangis.
Sebelum pergi, Malin Kundang dibekali dengan tujuh nasi berbungkus daun pisang untuk bekal di perjalanan.
Akhirnya, Malin Kundang berangkat ke kota besar menaiki kapal dan meninggalkan ibunya sendirian di kampung halaman.

Sumber dan Kontributor
- Penyunting: elibrary.id
- orami.id