Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia.
Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya diizinkan berkumandang.
Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno kemudian berpikir bahwa memerlukan bendera Merah Putih untuk dikibarkan di Pegangsaan 56.
Pada waktu itu tidak mudah untuk mendapatkan kain merah dan putih di Indonesia.
Barang-Barang bekas impor, semuanya berada di tangan orang Jepang, dan kalau pun ada di luar orang Jepang, untuk mendapatkannya harus dengan berbisik-bisik.
Berkat bantuan Shimizu, orang Jepang yang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan Jepang-Indonesia.
Ibu Fatmawati akhirnya mendapatkan kain merah putih.
Shimizu mengusahakannya lewat seorang pembesar Jepang yang memimpin sebuah gudang di Jakarta.
Bendera itulah yang berkibar di Pegangsaan Timur saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Ibu Fatmawati menghabiskan waktunya untuk menjahit bendera merah putih itu sedang hamil tua dan sudah waktunya untuk melahirkan putra sulungnya, Guntur Soekarnoputra.
Tak jarang ia menitikkan air mata selama menjahit bendera merah putih itu.
Ibu Fatmawati menjahit bendera Merah Putih dengan mesin jahit Singer dengan tangan.
Pada saat itu dokter melarang Ibu Fatmawati menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit agar tidak mengganggu kehamilannya.

Sumber dan Kontributor