Menjelang waktu Subuh, Al Ghazali menuju kamar mandi untuk berwudhu, selanjutnya menunaikan shalat Subuh.
Seusai shalat, dia meminta seorang saudaranya untuk mengambil kain kafan miliknya.
Kain kafan itu dicium, diletakkan di atas kedua mata, lalu Al Ghazali berkata, “Sebentar lagi Malaikat Izrail (malaikat pencabut nyawa) akan menemuiku.”
Al Ghazali kemudian meluruskan kakinya dan menghadap kiblat.
Selang beberapa menit, tidak ada lagi hembusan angin yang keluar dari lubang hidungnya.
Jantungnya seketika berhenti berdetak.
Seluruh organ tubuhnya tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Al Ghazali meninggal dunia sebelum langit menguning atau menjelang pagi hari, pada hari Senin, 14 Jumadil Akhir 505 H.
Al Ghazali meninggalkan beberapa orang putri dan hampir dua ratus karya tulisnya.
Buku-buku karangannya meliputi berbagai bidang, seperti teori pemerintahan, hukum Islam, keimanan, tafsir, tasawuf, dan filsafat.
Keluarga, para murid, masyarakat, dan banyak kalangan yang bersedih serta merasa kehilangan atas wafatnya.
Mereka tidak akan bisa melupakan jasa-jasa Al Ghazali yang begitu luar biasa.
Kesederhanaan dan kebersahajaan hidup serta kedalaman ilmunya adalah warisan yang patut dicontoh.
Sebagai bentuk penghormatan terakhir, mereka rela berdesak-desakan untuk mengantarkan Al Ghazali ke pemakaman Ath Thabaran sambil tak henti-henti mendoakannya.***

Sumber dan Kontributor
- Penyunting: elibrary.id
- kompas.com
- biografi-tokoh-ternama.blogspot.com
- kompas.com
- komunitasamam.wordpress.com