Setelah beranjak dewasa, orangtua Ibrahim membawa Ibrahim pulang ke kampung halamannya.
Di kampung halamannya, Ibrahim melihat banyak patung yang disembah oleh kaumnya.
Ayahnya sendiri seorang pembuat patung berhala.
Ayahnya sangat bangga dengan pekerjaannya.
Ibrahim yang diberi kepintaran oleh Allah segera mempertanyakan kelakuan kaumnya yang menyembah berhala.
Setiap hari, dia melihat ayahnya membuat patung berhala.
Lalu, patung itu disembah oleh kaumnya.
Ketika ayahnya dan teman-temannya sedang membuat patung, Ibrahim menghampiri mereka.
“Hai Ibrahim, bantulah ayahmu membuat patung ini,” ucap salah seorang teman ayahnya.
“Sebelum membantu kalian, aku ingin bertanya sesuatu terhadap kalian,” ucap Ibrahim.
“Apa yang ingin kamu tanyakan?” tanya ayahnya.
“Apakah patung-patung ini akan kalian sembah?” Ibrahim balik bertanya.
“Tentu saja, sudah sejak zaman nenek moyang, kita menyembah patung-patung ini.”
“Mengapa kalian menyembah sesuatu yang dapat kalian buat. Sungguh, kalian berada dalam kesesatan. Patung itu tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kalian….”
Mereka bertanya, “Apa yang kamu katakan itu? Kamu jangan mempermainkan kami!”
“Tahukah kalian siapa yang seharusnya kalian sembah? Dialah Allah yang telah menciptakan alam semesta ini, mengatur langit dan bumi. Aku siap menjadi saksi atas kebenaran tersebut.”
Mendengar perkataan tersebut, mereka marah kepada Ibrahim.
Beruntung Azar berhasil meredakan kemarahan mereka.
Azar segera menyuruh Ibrahim pulang.
Di rumah, Ibrahim melihat kesibukan ibunya.
“Apa yang sedang Ibu kerjakan?”
“Malam ini, kita akan melakukan persembahan kepada berhala,” jawab ibunda Ibrahim.
Ibrahim tersenyum.
Dia mendapat akal untuk menyadarkan kesalahan kaumnya. ***
وَحَاۤجَّهٗ قَوْمُهٗ ۗقَالَ اَتُحَاۤجُّوْۤنِّيْ فِى اللّٰهِ وَقَدْ هَدٰىنِۗ وَلَآ اَخَافُ مَا تُشْرِكُوْنَ بِهٖٓ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ رَبِّيْ شَيْـًٔا ۗوَسِعَ رَبِّيْ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ۗ اَفَلَا تَتَذَكَّرُوْنَ
Wa ḥājjahū qaumuh(ū), qāla atuḥājjūnnī fillāhi wa qad hadān(i), wa lā akhāfu mā tusyrikūna bihī illā ay yasyā’a rabbī syai’ā(n), wasi‘a rabbī kulla syai’in ‘ilmā(n), afalā tatażakkarūn(a).
Kaumnya membantah. Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada yang kamu persekutukan dengan-Nya, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran?”
(QS. Al An’am [6]: 80)
Sumber dan Kontributor
- Judul Buku: Kisah Teladan Nabi Ibrahim AS
- Seri: The Best Stories of Quran
- Penyusun: Kak Nurul Ihsan dan Rani Yulianti
- Ilustrasi: Dini Tresnadewi dan Aep Saepudin
- Penerbit: Erlangga for Kids
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Semua konten ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak/dishare/didownload/dikomersialkan/dicetak/dipublikasikan ulang dalam bentuk apa pun, tanpa izin tertulis dari penerbit dan admin elibrary.id.