
Sekapur Sirih
Halo, Teman-Teman! Kalian tahu ‘kan bahwa Indonesia sangat kaya? Tidak hanya kaya alamnya, tetapi Indonesia juga kaya akan beragam bahasa, adat istiadat, dan
kebudayaannya.
Kita harus bangga menjadi warga negara Indonesia karena banyak hal yang kita miliki. Mungkin masih banyak lagi hal yang tidak kita ketahui. Salah satu kekayaan Indonesia adalah adat istiadat.
Buku ini bercerita tentang salah satu adat Jawa. Namanya tedak siten. Adat tedak siten adalah adat turun ke tanah bagi anak yang berumur 8—10 bulan. Meskipun ini buku cerita fiksi, tetapi faktanya berdasarkan penelitian.
Penelitian? Serius banget, ya? Maksudnya, cerita ini didasari oleh kenyataan. Deskripsi latar cerita dan tata cara tedak siten bukan rekaan. Akan tetapi, tenang saja,
ceritanya tetap asyik, kok. Kalian mungkin belum tahu apa itu tedak siten.
Simak baik-baik, ya.
Nah, buku ini bercerita tentang keberagaman adat istiadat. Oleh karena itu, kita wajib menghormati hasil budaya. Budaya mana pun itu, di dalamnya ada pengetahuan dan ajaran kebaikan. Semua itu bisa kita ambil sebagai pelajaran. Selamat membaca, ya!
Salam Literasi!
Cimahi, Juli 2020
Hasta Indriyana
Kata Pengantar
Karya sastra tidak hanya rangkaian kata demi kata, tetapi berbicara tentang kehidupan, baik secara realitas ada maupun hanya dalam gagasan atau cita-cita manusia.
Apabila berdasarkan realitas yang ada, biasanya karya sastra berisi pengalaman hidup, teladan, dan hikmah yang telah mendapatkan berbagai bumbu, ramuan, gaya, dan imajinasi.
Sementara itu, apabila berdasarkan pada gagasan atau cita-cita hidup, biasanya karya sastra berisi ajaran moral, budi pekerti, nasihat, simbol-simbol filsafat (pandangan hidup), budaya, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Kehidupan itu sendiri keberadaannya sangat beragam, bervariasi, dan penuh berbagai persoalan serta konflik yang dihadapi oleh manusia.
Keberagaman dalam kehidupan itu berimbas pula pada keberagaman dalam karya sastra karena isinya tidak terpisahkan dari kehidupan manusia yang beradab dan bermartabat.
Karya sastra yang berbicara tentang kehidupan tersebut menggunakan bahasa
sebagai media penyampaiannya dan seni imajinatif sebagai lahan budayanya.
Atas dasar media bahasa dan seni imajinatif itu, sastra bersifat multidimensi dan multiinterpretasi.
Dengan menggunakan media bahasa, seni imajinatif, dan matra budaya, sastra menyampaikan pesan untuk (dapat) ditinjau, ditelaah, dan dikaji ataupun dianalisis dari berbagai sudut pandang.
Hasil pandangan itu sangat bergantung pada siapa yang meninjau, siapa yang menelaah, menganalisis, dan siapa yang mengkajinya dengan latar belakang sosial-budaya serta pengetahuan yang beraneka ragam.
Adakala seorang penelaah sastra berangkat dari sudut pandang metafora, mitos, simbol, kekuasaan, ideologi, ekonomi, politik, dan budaya, dapat dibantah penelaah lain dari sudut bunyi, referen, maupun ironi.
Meskipun demikian, kata Heraclitus, “Betapa pun berlawanan mereka bekerja sama, dan dari arah yang berbeda, muncul harmoni paling indah”.
Banyak pelajaran yang dapat kita peroleh dari membaca karya sastra, salah satunya membaca cerita rakyat yang disadur atau diolah kembali menjadi cerita anak.
Hasil membaca karya sastra selalu menginspirasi dan memotivasi pembaca untuk berkreasi menemukan sesuatu yang baru.
Membaca karya sastra dapat memicu imajinasi lebih lanjut, membuka pencerahan, dan menambah wawasan.
Untuk itu, kepada pengolah kembali cerita ini kami ucapkan terima kasih.
Kami juga menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Kepala Pusat Pembinaan, Kepala Bidang Pembelajaran, serta Kepala Subbidang Modul
dan Bahan ajar dan staf atas segala upaya dan kerja keras yang dilakukan sampai dengan terwujudnya buku ini.
Semoga buku cerita ini tidak hanya bermanfaat sebagai bahan bacaan bagi siswa dan masyarakat untuk menumbuhkan budaya literasi melalui program Gerakan Literasi Nasional, tetapi juga bermanfaat sebagai bahan pengayaan pengetahuan kita tentang kehidupan masa lalu yang dapat dimanfaatkan dalam menyikapi perkembangan kehidupan masa kini dan masa depan.
Jakarta, 15 Maret 2016
Salam kami,
Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Supported by
Kementerian Pendidikan, Riset, dan Kebudayaan Republik Indonesia