Luasnya keilmuan Ibnu Sina juga tak lepas dari kedekatannya dengan penguasa.
Suatu ketika, gubernur Nuh bin Mansur, penguasa Samaniyah, sedang sakit.
Para dokter kelimpungan untuk mengobatinya.
Ibnu Sina yang terkenal sebagai orang yang menguasai banyak bidang ilmu, dipanggil untuk turut menangani penyakit sang raja sampai diangkat juga menjadi dokter penguasa.
Dari kedekatan dengan penguasa inilah ia bisa mengakses perpustakaan kerajaan, dan menelaah banyak sekali berbagai ragam bidang ilmu, merentang dari hukum, sastra, sampai ilmu alam, termasuk buku-buku kuno dan asing yang belum pernah diketahuinya.
Ibnu Sina tidak hanya berkutat dalam buku diktat dan kanon belaka.
Ia rajin mendokumentasikan pengamatan dan risetnya.
Praktik dan pengalamannya dalam bidang kedokteran banyak dicatatkan dalam buku Al Qanun fit-Thib.
Sebagai contoh, bagaimana ia mendiagnosis penyakit ginjal pasiennya berdasarkan warna urin, atau parahnya gangguan pencernaan dari wujud tinja.
Ia juga mendokumentasikan ragam terapi yang sudah ia lakukan pada pasien-pasiennya.
Maka pantaslah diakui, capaian Ibnu Sina, terutama dalam bidang medis dan filsafat memang tak lepas dari mudahnya akses sumber ilmu, “kecanduan” belajar, serta ketekunannya untuk menguraikan dan mencatat temuan-temuan, terlepas ia dikaruniai kecerdasan berlebih.
Semoga dari proses belajar Ibnu Sina yang luar biasa itu ada yang bisa menginspirasi kita. ***

Sumber dan Kontributor
- Penyunting: elibrary.id
- kompas.com
- biografi-tokoh-ternama.blogspot.com
- islami.co