Abu Sinan begitu sedih atas kematian adiknya.
“Aku bersedih, adikku tak pernah berhenti menerima azab, sejak pagi hingga sore,” kata Abu Sinan.
“Bagaimana engkau tahu? Apakah Allah telah memperlihatkan kepadamu tentang apa yang telah ditimpakan kepada adikmu?”
“Tidak. Tetapi, ketika selesai pemakaman, dan aku duduk sendirian di atas kuburnya, kudengar suara dari dalam kuburnya.”
“Suara apa?” tanya Yusuf Al-Ghirbani.
“Rintihan adikku sambil berkata: Mengapa mereka meninggalkan aku sendirian menanggung beban siksa. Padahal, ketika hidup aku mengerjakan shalat dan berpuasa,” kata Abu Sinan.
Abu Sinan meneruskan ceritanya.
“Karena tak dapat menahan perasaanku, maka kugali kuburan adikku untuk melihat apa yang telah terjadi padanya. Ternyata, liang kubur itu sedang dipenuhi api dan pada leher adikku terdapat kalung api yang membara. Aku berusaha menolongnya, tetapi jari tanganku malah ikut terbakar. Kemudian aku menimbun kembali kuburan itu.”
“Apa yang dikerjakan adikmu di masa hidupnya, sehingga sampai menerima siksaan semacam itu?” tanya Yusuf Al-Ghirbani.
“Adikku amat kikir dan tak mau mengeluarkan zakat bagi hartanya,” jawab Abu Sinan dengan penuh kesedihan. ***
Sumber dan Kontributor
Naskah: Kak Nurul Ihsan
Ilustrasi: Rachman