Melansir dari laman muslim.or.id, Al Ghazali tumbuh dan besar di lingkungan keluarga miskin.
Ayahnya hanyalah seorang pengrajin kain shuf, yaitu kain yang terbuat dari bulu kambing.
Hasil tenunannya itu kemudian dijual di pasar Thusi.
Seluruh uang penjualannya digunakan untuk membeli makan dan membiayai kebutuhan sehari-hari.
Al Ghazali sering bercerita tentang kebaikan ayahandanya.
Bahwa ayahnya adalah orang miskin yang shalih, yang tidak memakan apapun, selain hasil dari pekerjaannya sendiri.
Dalam kehidupan yang serba terbatas, Al Ghazali mendapatkan pendidikan gratis dari beberapa orang guru.
Dari sekolah gratis tersebut, Al Gazhali bisa fasih berbahasa Arab dan juga Parsi.
Dari modal kemampuan membaca inilah, Al Ghazali melahap berbagai ilmu yang menarik minat dan perhatiannya.
Dari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, ilmu filsafat, ilmu fiqih, juga mempelajari empat mazhab hingga ia menguasai keseluruhannya.
Al Ghazali sempat menepi ke Jurjan untuk menimba ilmu kepada Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku At Ta’liqat.
Ia juga berguru ilmu fiqih kepada Ahmad ar-Razkani, dan berguru pada Imam Haramain di Naisabur tentang fiqih mazhab Syafi’i dan fiqih khilaf. ***
Sumber dan Kontributor
- Penyunting: elibrary.id
- kompas.com
- biografi-tokoh-ternama.blogspot.com
- kompas.com
- komunitasamam.wordpress.com

![[Quiz] 25 Soal IPA Kelas 4 SD Tentang Perambatan Bunyi](https://elibrary.id/wp-content/uploads/2025/10/Quiz-25-Soal-IPA-Kelas-4-SD-Tentang-Perambatan-Bunyi-–-Materi-Pembahasan-dan-Kunci-Jawaban-Lengkap.jpg)





